Kritik Teks (3)

9. bahasa: baku, dialek, campuran, pengaruh lain;
10. coretan oleh tangan lain:
di dalam teks: halaman berapa, di mana, bagaimana;
di luar teks: pada pias tepi, halaman berapa, di mana, bagaimana.
11. catatan di tempat lain: dibicarakan dalam daftar naskah/katalogus/artikel mana saja, bagaimana hubungan satu dengan yang lain, kesan tentang mutu masing-masing.

2. Catatan
Bagian ini merupakan pertangungjawaban ilmiah dalam kritik teks; misalnya: berisi kelainan-kelainan bacaan atau variae lectiones dalam semua teks sejenis yang digarap. Kelainan-kelainan bacaan ini dihimpun dalam aparat kritik atau apparatus criticus. Penyajiannya dapat dicantumkan:
1. pada kaki hal yang bersangkutan (Ras, Worsley, Robson, Haryati Suoebadio).
2. dikumpulkan tersendiri di belakang teks (Prijana, Supomo, Kern).

Lebih lanjut dengan contoh berbagai teknik sbb:
1. tiap kata atau bagian yang perlu diberi catatan pada tiap-tiap bab dibubuh angka urut sesuai dengan angka pada catatan masing-masing di kaki hal (Ras, Haryai Soebadio);
2. tiap baris pada tiap hal teks diberi angka berjarak lima-lima sesuai dengan angka pada catatan masing-masing di kaki hal (Worsley);
3. tiap kata atau bagian yang perlu diberi catatan dibubuhi tanda bintang kecil sesuai dengan catatan yang dikumpulkan di belakang teks;
4. tiap bait diberi nomor urut sesuai dengan catatan pada kaki halaman masing-masing (Robson, Skinner).

3. Terjemahan
Terjemahan merupakan kelengkapan kritik teks yang penting untuk dilakukan, baik bagi naskah-naskah klasik maupun hasil karya sastra-sastra daerah, terkecuali sastra Melayu. Bilamana tanpa terjemahan setidak-tidaknya memberikan ringkasan isi atau sinopsis yang menyeluruh.
Pada dasarnya terjemahan adalah pemindahan arti dari Bahasa Sumber (BaSu) ke Bahasa Sasaran (BaSa).
Hendaklah dilakukan dengan lengkap meliputi seluruh teks dan terperinci baik yang mudah ataupun yang sukar. Keberhasilan terjemahan bergantung pada pemahaman teks yaitu BaSu yang diterjemahkan, dan penguasaan BaSa, yaitu bahasa yang digunakan untuk menerjemahkan.
Ada beberapa macam terjemahan dan berbagai teori sastra metode terjemahan, misalnya:
- J. C. Catford, 1974. A Linguistic Theory of Translation, London; Oxford University Press.
- Th. Savory, 1968. The Art of Translation, London: Jonathan Cape.
-dll.

Teknik menyajikan terjemahan:
1. antar baris (interlinier);
2. berdampingan dengan teks BaSu;
3. dikumpulkan terpisah di belakang.

4. Komentar
Untuk memberikan keterangan pada segi-segi yang disajikan baik dalam teks ataupun terjemahan, memberikan komentar penting dilakukan, misalnya:
1. bacaan teks yang meragukan atau jarang terdapat/ mana yang dipilih, mengapa dan bagaimana dipilih;
2. ungkapan yang kurang jelas, bagaimana pemahamannya;
3. ungkapan yang berbandingan dengan ungkapan-ungkapan karya lain, bagaimana hubungannya;
4. kesulitan yang dihadapi harus berlaku jujur.

Teknik penyajian komentar:
1. dicantumkan di bawah hal yang bersangkutan;
2. di belakang tiap-tiap bab;
3. dikumpulkan dalam bab tersendiri di belakang.

5. Telaah atau analisis.
Memuat berbagai kemungkinan pembahasan sesuai dengan perhatian dan kepentingan masing-masing.
Misalnya: Supomo - Arjunawijaya: penulis dan saat penulisan, sumber penulisan, perbandingan dengan sumbernya, struktur modus Kak, pemulihan kata, suara, latar belakang penulisan.

6. Daftar-daftar
1. daftar umum (general index): menunjukkan nama-nama diri (orang, tempat) serta pokok yang dibicarakan dalam pendahuluan dan dalam komentar, bukan yang terdapat dalam teks;
2. daftar nama diri (index of proper name): menunjukkan nama-nama diri (orang, tempat) khusus yang terdapat pada teks;
3. daftar subjek atau index: menunjukkan nama-nama pokok dan nama-nama diri;
4. daftar kata (glosarium): 1. memuat kata-kata yang sulit dalam teks yang tidak terdapat dalam kamus yang telah ada dan yang menarik untuk dibicarakan; 2. memuat semua kata dalam teks, terutama untuk bahasa yang belum banyak diteliti.
5. daftar pustaka;
6. daftar metrum;
7. daftar singkatan;
8. lampiran-lampiran atau ilustrasi:
1. gambar: tokoh atau pelaku, tempat atau bangunan, peta, atau map;
2. diagram: skema naskah, genealogi/silsilah;
3. fotografi teks: dalam bentuk faximile atau fotokopi, scene;
4. tabel: ikhtisar isi, jumlah penggunaan kata, jumlah pupuh, jumlah bait;
5. kronologi peristiwa-peristiwa penting.

9. Apendeks atau susulan
Berupa artikel lain yang disusulkan di belakang karena dirasakan bermanfaat untuk menambah jelasnya pembicaraan.

Sebelumnya tentang Kritik Teks (2)

0 Responses to “Kritik Teks (3)”: