Kritik Teks (2)

Mengapa perlu diadakan kritik teks? Karena teks mengalami penyalinan berkali-kali sehingga terjadi banyak teks.
Mengapa teks perlu di salin? karena:
1. orang merasa tertarik isi yang terkandung dalam naskah;
2. orang merasa sayang kalau-kalau naskah itu sampai rusak hingga tidak dapat dibaca lagi (diwariskan pada generasi yang lebih lanjut);
3. karena kesucian naskah (sakral).

Segi positif penyalinan naskah: naskah-naskah itu masih dapat dinikmati sampai sekarang. Seandainya tradisi penyalinan naskah itu tidak ada, tidak mungkin ada naskah yang sampai pada kita sekarang.
Segi negatif penyalinan naskah:
tradisi penyalinan naskah menyebabkan makin banyak naskah, makin banyak perubahan dan penyimpangan yang terjadi.

Timbul perubahan / perbedaan / penyimpangan karena:
1. mungkin penyalin (penurun) ketika melakukan penyalinan memang dengan sengaja memberikan pertimbangan-pertimbangan, lalu merubah, menambah, mengurangi atau bahkan mengganti.
Jika pertimbangan yang dilakukan penyalin terlalu banyak hasilnya bukan lagi salinan melainkan saduran atau bahkan merupakan penulisan kembali yang mengandung pendapat penyalin -> penyalin adalah pembaca naskah.
2. penyalin menyalin naskah tanpa memberikan pertimbangan apapun. Ia menyalin naskah secara mekanis. Kendati demikian penyalin secara otomatis dan mekanis tidak mustahil banyak menimbulkan kekeliruan, oleh karena:
a. penyalin kurang pendidikan;
b. penyalin kurang teliti;
c. penyalin khilaf (pecah perhatian).

Perubahan/penyimpangan/kesalahan terjadi sambil menyalin karena beberapa macam:
a. perubahan dilakukan dengan sengaja
1. penggantian huruf yang mirip karena huruf yang kurang jelas (ableptio/ablepsio), seperti: sa - ca, ma - wa, na - da, Ta - Sa. Dalam naskah Pajajaran: Siliwangi - Ciliwangi, BJKC : nawakrěm - nawakşam;
2. penggantian yang sama maknanya (subtitutio / substitusi), seperti: putranira - sutanira, toya - tirta;
3. pertukaran letak suku kata, kata; larik (gatra) bahkan bait disebut transposisi, seperti: Ki Dhalang Jurupramana, Dhalang Ki jurupramana; Anoman malumpat sampun, Anoman sampun malumpat;
4. perubahan ejaan asli karena berhubungan dengan pergeseran dalam lafal; -sighra - sigěra, -putra - putera.

b. perubahan dilakukan penyalin tanpa sengaja:
1. terdapat bagian yang hilang (terlampaui) dalam filologi disebut lakuna.
a. lakuna disebabkan oleh huruf atau suku kata yang sama sehingga beberapa huruf (suku kata) hilang disebut halphografi. Contoh: berdandan perak - berdan perak.
b. jika mata penyalin melompat maju (melampaui maju) dari kata-kata yang sama disebut saut du meme au meme. Contoh: Ki Gusti Wayan Panebel, kadang yang terlampaui satu kata, satu larik atau satu bait disebut hipografi. Contoh: kain dan baju - kain baju.

2. tedapat bagian berlebih (tambahan) beberapa huruf atau kata diulang karena kena pengaruh perkataan lain yang baru disalin disebut Dittografi.
-sang sang prabu - sang prabu
- blambanganngan - blambangan
- sang akukuwu - sang akuwu

Kelengkapan Kritik Teks
Biasanya disusun menurut corak tertentu, mulai dari hal-hal yang bersifat umum (memberikan uraian/keterangan sebanyak-banyaknya mengenai teks naskah yang digarap), sampai hal-hal yang bersifat khusus (mengadakan telaah berbagai segi naskah yang digarap) antara lain:
1. uraian naskah, yang penting diantaranya memberikan keterangan tentang:
1) koleksi siapa, disimpan dimana, nomor kodeks berapa;
2) judul bagaimana, berdasarkan keterangan dalam teks oleh penulis pertama (berdasarkan keterangan yang diberikan bukan oleh penulis pertama);
3) pengantar, uraian pada bagian awal di luar isi teks, waktu mulai penulisan, tempat penulisan, nama diri penulis, alasan penulisan, tujuan penulisan, harapan penulis, pujaan kepada Dewa Pelindung (Tuhan YME), pujian kepada penguasa pemberi perintah atau nabi-nabi (manggala dan doksologi);
4) penutup, uraian pada bagian akhir diluar isi teks, waktu menyelesaikan penulisan, tempat penulisan, nama diri penulis, alasan penulisan, tujuan penulisan, nama diri penulis, harapan penulis (kolofon);
5) ukuran teks, lebar dan panjang teks, jumlah halaman teks, sisa halaman kosong;
6) ukuran naskah, lebar dan panjang naskah, tebal naskah, jenis bahan naskah (lontar, bambu, daluwang, kertas), tanda air / watermark;
7) isi: lengkap atau kurang, terputus atau hanya tragmen, hiasan gambar, prosa atau puisi, jika prosa berapa rata-rata jumlah baris tiap halaman, jika puisi berapa jumlah pupuh, apa saja nama tembangnya, berapa jumlah bait pada tiap pupuh;
8) -tulisan
- jenis aksara/huruf: Jawa/Jawi/Bali/Latin/Bugis/Lampung
-bentuk aksara/huruf: persegi / bulat
-ukuran aksara / huruf: besar / kecil / sedang
- sikap aksara / huruf: tegak / miring
- goresan aksara / huruf: tebal / tipis
- warna tinta: hitam / coklat / merah / biru
- goresan tinta: jelas / kabur
- dibaca sukar / mudah
- tulisan tangan terlatih / tidak terlatih

9) bahasa
baku, dialek, campuran, pengaruh lain;

10) catatan oleh tangan lain
di dalam teks: hal berapa, dimana, bagaimana
di luar teks: pada pias tepi, hal berapa, di mana, bagaimana.
11) catatan di tempat lain
dibicarakan dalam daftar naskah/katalogus/ artikel mana saja, bagaimana hub satu dengan yang lain, kesan tentang mutu masing-masing.

Selanjutnya tentang Kritik Teks (3) 

Sebelumnya tentang Kritik Teks (1)

0 Responses to “Kritik Teks (2)”: