Para Orang Tua di Facebook Malam Ini


Hari ini saya melihat beberapa berita yang dibagikan di facebook. Berita itu kebanyakan membuat orang tua resah. Mulai berita tentang anak yang masih bayi, tingkat sekolah dasar, hingga sekolah menengah.

Pertama, seorang ibu dengan bayi laki-laki berusia sekitar dua tahun resah karena kebiasaan sang anak yang suka memainkan alat kelaminnya. Bila dicegah bayi malah marah dan akhirnya menangis. Tapi bila dibiarkan saja, apakah tidak akan berlanjut hingga dewasa?

Komentar dalam postingan tersebut menunjukkan tidak sedikit ibu yang bingung karena menghadapi masalah yang sama. Bahkan ada bayi laki-laki berusia tiga tahun tidak dapat tidur bila tidak memainkan alat kelaminnya. Lalu apakah yang harus dilakukan orang tua? Apakah keresahan mereka wajar?

Bulliying siswa SD pada temannya, diambil dari facebook
Kedua, tersebar video penganiayaan seorang siswi SD oleh teman-temannya sendiri. Dalam video itu, korban dipukuli dan hanya bisa menangis tanpa dapat melawan. Kejadian berlangsung di ruang kelas sekolah. Kenyataan yang terekam dalam video ini sangat meresahkan orang tua. Bagaimana mungkin seorang anak yang baru duduk di bangku sekolah dasar dapat berbuat sekasar itu pada temannya? Bagaimana bila anak kita kelak akan mengalaminya? Apa yang harus dilakukan orang tua? Di mana para guru yang seharusnya hadir ketika peristiwa itu terjadi?

Ketiga, adalah foto dua anak remaja berseragam abu-abu, laki-laki yang sedang mengecup kening perempuan. Latar belakang foto itu menunjukkan sederetan pelajar lain yang menonton dari lantai dua dengan memegang spanduk berukuran besar bertuliskan, “AKU SAYANG KAMU BALIKAN YUK!!”. Romantis atau miris?

Di sisi lain, ada seorang ibu yang mengupload foto anaknya dengan bingkisan kado. Keterangan foto itu tertulis bahwa sang putra (yang tampaknya masih berusia sekitar delapan tahun) mendapatkan kado karena akhir pekan ini berhasil menghafal dua surat. Bukan sekedar menghafal, anak tersebut bahkan lolos tes sambung ayat. Dalam artian ketika dibacakan suatu ayat secara acak anak dapat meneruskan bacaannya dengan tepat. Dengan demikian anak tersebut benar-benar hafal setiap ayat.

Ibu lain menceritakan dialog dengan putranya (kelas 4 SD):
“Begitu sampe rumah..
Anak (A) : Kok pulang Bun, gak nungguin adek latihan..
Ibu (I)       : ibun lupa, cucian udah direndem blom di puter mesinnya.. Terus Bunda laper banget nih, belom makan dari siang..
A                : mau aku masakin telor dadar Bun?”
MasyaAllah, walaupun sederhana,  ibu mana yang tidak tergetar menerima perhatian seperti itu dari anaknya?

Sedikit cuplikan dari kejadian dalam keseharian itu menceritakan banyak hal. Peristiwa pertama, seorang ibu yang khawatir saat putranya yang berusia sekitar dua tahun gemar memainkan alat kelamin dan mendapat kenikmatan dari aktivitas itu menggambarkan satu hal: ketidaktahuan orang tua. Memberi perhatian pada hal ini merupakan hal yang penting. Mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan ini juga merupakan langkah yang baik. Sayangnya ternyata tak sedikit orang yang beranggapan bahwa kebiasaan itu wajar dan tidak perlu dirisaukan karena akan hilang sendiri seiring waktu.

Memainkan alat kelamin pada anak seusia itu sama sekali bukan perkara etika. Orang tua sama sekali tidak dapat disalahkan mengenai hal ini kecuali bila mereka membiarkannya sehingga dapat menjadi kebiasaan berkelanjutan yang semakin tidak baik. Kebiasaan ini patut mendapat perhatian dan penanganan karena dapat menjadi kebiasaan yang lebih buruk atau bahkan dapat menjadi indikator perlakuan orang lain pada anak.

Sebenarnya kasus demikian terutama pada anak laki-laki sering ditemukan. Tidak sedikit jawaban dari para ahli yang dapat diperoleh. Langkah yang perlu dilakukan cukup mudah, dengan mengetik kata kunci ‘balita memainkan alat kelamin’ pada mesin pencari, maka akan diperoleh informasi lengkap dari sumber terpercaya. Kemungkinan sebab, bagaimana cara mengatasi, hingga apa yang tidak boleh dilakukan orang tua telah ada dalam penjelasan. Setelah mencari informasi mengenai hal ini, maka orang tua akan lebih paham bahwa memainkan alat kelamin merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan. Salah satu kepentingannya adalah sebagai indikator kemungkinan anak telah menjadi korban pelecehan seksual.

Peristiwa selanjutnya mengenai pemukulan siswa SD terhadap temannya di sekolah. Banyak yang menyalahkan pihak sekolah karena mengingat kejadian berlangsung di sekolah, seharusnya para guru dapat mencegah ataupun mengatasi peristiwa ini. Tapi tak sedikit pula yang sadar bahwa perilaku bulliying bukan hanya terbentuk karena lingkungan sekolah, tapi juga karena perlakuan yang diterima pelaku di rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Begitupun dengan sikap korban yang hanya menangis tanpa perlawanan menerima perlakuan seperti itu.

Kejadian tersebut sangat bertentangan dengan peristiwa ke lima. Seorang putra yang juga masih duduk di bangku sekolah dasar sudah dapat memberikan perhatian pada ibunya. Saat mengetahui ibunya kelaparan karena banyak kegiatan yang harus dilakukan, maka sang anak menawarkan diri untuk menyiapkan telur dadar untuk ibunya. Sebuah penawaran yang sangat sederhana, namun telah menggambarkan kepedulian dan kasih sayang anak pada orang lain, setidaknya pada orang tuanya sendiri. Kira-kira mungkinkah anak yang memiliki jiwa kasih sayang akan melakukan kekerasan pada orang lain?

Selanjutnya, apa yang terbayang saat melihat adegan seorang remaja lelaki berseragam putih abu-abu mengecup kening remaja wanita yang tengah tersenyum berseragam sama? Adegan sinetron? Tidak salah, memang sinetron yang akhir-akhir ini menghiasi TV kerap menayangkan adegan seperti ini. Lalu apa tanggapan para orang tua akan peristiwa ini? Senang dengan ini karena terlihat romantis? Atau malah merasa miris?
foto yang tersebar di facebook


Tak sedikit komentar bernada prihatin menyertai foto ini. Gambaran romantis itu akan begitu indah bila menunjukkan kemesraan pasangan suami istri. Tapi, pada siswa SMA, kalau di depan umum saja berani cium kening, lalu apa selanjutnya?

Kondisi tersebut sangat berbeda dengan gambaran seorang anak yang tersenyum lebar setelah mendapat kado karena telah berhasil menghafal surat dalam Al-Qur’an. Gambaran ini menunjukkan betapa keseharian sang anak disibukkan dengan kegiatan positif.

Pertanyaan selanjutnya yang patut direnungkan oleh para orang tua adalah, gambaran mana dari beberapa peristiwa di atas yang ingin didapatkan dari anak kita? Lalu bagaimana caranya?

Memiliki anak mungkin muncul dari hasrat untuk berkembang biak, untuk mempertahankan jenisnya, dan itu merupakan proses alamiah. Meskipun begitu, tetap saja memiliki anak, atau menjadi orang tua, memerlukan tanggung jawab, bukan?

Bila orang tua telah memiliki keinginan tentang memiliki anak yang seperti apa, maka langkah selanjutnya adalah mengetahui bagaimana cara yang baik dalam mencapainya. Berbagai gambaran peristiwa itu mestinya membentuk rasa keingintahuan dan niat untuk belajar. Belajar dari hal yang buruk untuk mengetahui cara menghindarinya, dan belajar dari yang baik untuk menirunya. Ternyata menjadi orang tua juga perlu belajar, perlu persiapan, dan tidak bisa sembarangan.


Pelangi di Tengah Mendung

credit: stripes for love

Pucat dan lemah. Sama sekali bukan gambaran yang terlintas saat membayangkan seorang anak berusia lima tahun. Berlari ke sana ke mari, bertanya ini dan itu, tertawa tergelak-gelak, semua tak nampak.

Tubuh kecil itu begitu lemah, terdiam di kursi roda. Kulitnya yang berwarna gelap semakin tampak muram dalam paras yang pucat, apalagi tanpa sehelai rambut pun di kepala. Oh, Nak, apa yang terjadi?

Leukimia, kata ibu yang mendampinginya. Seketika hatiku berdesir. Di usianya yang begitu muda? Bagaimana mungkin? Entah karena genetika atau sebab lain, tapi penyakit itu tiba-tiba saja menghampirinya. Seketika kandas lah harapan orang tua. Harapan untuk melihat keceriaan sang buah hati, harapan untuk melihatnya tumbuh mendewasa, harapan untuk melihatnya berbahagia di masa depan.

Kini mereka tak dapat lagi mengejarnya berlari ke sana kemari, tak dapat lagi mencari sang buah hati  yang bersembunyi sambil bernyanyi. Kursi roda, dokter, dan kemoterapi yang mengganti.

Meski begitu tak ku lihat air menggenangi pelupuk mata mereka. Hanya senyum getir sambil memandangnya terdiam di kursi roda. Tak pula kulihat senyum lebarnya yang mungkin akan menampakkan lubang di deretan gigi. Ia hanya diam.

Teman sebayanya mungkin tengah tersenyum ceria, setengah berlari sambil menjinjing tas di hari pertama masuk taman kanak-kanak. Orang tua mereka mungkin tengah mendampingi sambil tersenyum memandang keceriaan putranya. Tapi bagaimana dengannya?

Meski tak kuat berlari, senyumnya tak boleh terhenti. Meski tak sampai di sekolah, tapi tak ada yang berbeda. Ia tetap anak-anak yang mestinya ceria.

Memiliki anak yang menderita penyakit berat tentu membuat orang tua sedih tak terkira. Buah hati yang mengalaminya tentu juga menderita. Meskipun begitu cobaan yang datang tiba-tiba tak boleh membuat malaikat kecil itu lupa dengan keceriaannya. Keceriaan akan membuat semua lebih mudah dijalani.


Mungkin itulah yang melatar belakangi gerakan stripes for love dari RMHC. Gerakan yang mengajak kita untuk memberikan dukungan kepada anak-anak yang tengah berjuang untuk menghadapi penyakitnya. Karena meski tengah dirundung duka, cinta tetap harus tercurah. 

1 Hati untuk Ryu


Yuniar (24 th) dan Rion Ari Sandi (26 th) terkejut saat putrinya yang baru berusia dua bulan mengeluarkan feses yang berwarna pucat seperti dempul. Selain itu, perutnya juga membesar dan matanya semakin berwarna kuning. Pemeriksaan di rumah sakit daerah menyimpulkan putri bernama Ryu Deyumni Mahrani itu menderita atresia bilier, kondisi di mana saluran empedu tidak terbentuk dengan normal. Akibatnya sekujur tubuh Ryu mengalami gatal-gatal, terjadi gangguan pertumbuhan, dan sejak saat itu berat badannya sulit naik. Gangguan ini juga bisa mengakibatkan sirosis hati dan kerusakan hati. Sebagian besar penderita atresia bilier tidak tertolong karena tidak memiliki biaya untuk transplantasi hati.

Karena fasilitas yang kurang memadai, Ryu dirujuk ke RSCM Jakarta. Selanjutnya kondisi Ryu semakin stabil. Muntah darah yang kerap dialami Ryu selama Januari hingga Mei lalu sudah tidak ditemui lagi. Semua ini karena terapi obat dari dokter juga konsumsi susu dan makanan cair. Tidak sembarangan, susu yang diperlukan Ryu khusus dengan harga yang cukup mahal, Rp 241 ribu per kaleng berisi 400 gr. Satu kaleng susu itu habis dalam satu hari. Setiap hari Ryu terpaksa meminum susu yang rasanya pahit ini. Semua ini harus dilalui Ryu demi mencapai berat badan 10 kg sebagai persyaratan operasi cangkok hati. Saat ini, diusia 22 bulan, berat badan Ryu telah mencapai 9,5 kg.

Demi kesembuhan buah hatinya, ayah Ryu bersedia mendonorkan hati. 40% dari hati Rion akan dipotong untuk diberikan pada putrinya. Tiga bulan lagi hati Rion dapat tumbuh hingga normal kembali. Serangkaian tes telah dilalui dan hasilnya hati Rion positif dapat didonorkan pada Ryu.
Sayangnya meski telah mendapatkan donor, dana yang diperlukan untuk transplantasi hati sangat besar. Biaya yang diperlukan sekitar Rp 800juta hingga 1 M. Sedangkan bantuan dari BPJS hanya RP 250jt. Bantuan lain didapatkan dari pemda sebesar Rp 50jt. Operasi Ryu dijadwalkan akan berlangsung pada bulan Nopember, tapi hingga saat ini masih banyak kekurangan yang diperlukan untuk memenuhi dana operasi Ryu.

Orang tua Ryu telah mengusahakan permohonan bantuan dalam bentuk proposal ke berbagai instansi termasuk menkes, tapi hingga saat ini belum ada tanggapan. Kini dengan menggunakan akun facebook  https://www.facebook.com/ryuberbagi.hati dan twitter @ryuberbagihati hanya dukungan dari donatur lah yang dapat diharapkan. Saatnya meluangkan hati untuk Ryu, sedikit dari kita pasti akan sangat berarti.

Data:
Nama                    : Ryu Deyumni mahrani (15 Nov 2012)
Penderita              : atresia bilier
Ayah                     : Rion Ari Sandi (Perawat , PNS gol2) Ibu (IRT)
Alamat di Bangka : Arung dalam, RT 09, Koba, Bangka tengah
Alamat sekarang   : percetakan Negara 2, gang DPS, no. 7, RT 13 RW 6, Johar Baru, Jakpus (Rumah Singgah Pemerintah Bangka Belitung)
No hp                    : Ayah Ryu (087885209088) Bunda Ryu (081995235417)
FB                         : https://www.facebook.com/ryuberbagi.hati
Twitter                   : @ryuberbagihati
No. Rek. Mandiri 1220006595808 cab. RSCM JKT an Rion Ari Sandi
No. Rek BRI 1254 01 002497504 an Rion Ari Sandi qq Ryu Deyumni Mahrani
BRI RSCM

Rilis tentang Ryu dapat ditemukan pada:
http://www.merdeka.com/peristiwa/idap-atresia-bilier-bayi-Ryu-butuh-rp-1-m-buat-operasi-hati.html


Berqurban dengan Super!


Awal bulan Ramadhan lalu saya sempat singgah di sebuah panti asuhan. Kebetulan sekali sudah beberapa bulan bapak diamanahi untuk mengasuh anak-anak tersebut. Pengalaman baru yang didapat bapak disampaikan pula pada saya. Saya mendengar kisah anak-anak tersebut dari beliau.

Betapa menyedihkan kondisi mereka beberapa bulan sebelumnya. Meski mendapat tempat tinggal, tapi perhatian yang layak belum mereka dapatkan. Kebersihan tak terjaga, gizi tak terjamin, bahkan tak jarang meminta makan pada tetangga sekitar panti. Bagaimana dengan kasih sayang dan binaan yang mereka perlukan? Tak sampai hati bila harus menceritakannya.

Entah bagaimana prosesnya, akhirnya panti ini mendapat ‘lirikan’ dari sebuah lembaga penyalur zakat, Yatim Mandiri. Akhirnya panti berada dalam asuhan Yatim Mandiri. Segera saja terasa perubahan kondisi yang jauh berbeda. Pendidikan dan kebutuhan anak-anak terjamin setiap bulannya, dalam keadaan cukup meski tidak berlebihan. Selain penghidupan, pendidikan pun diperhatikan. Disediakan pengasuh sebagai pengisi sosok ‘orangtua’ bagi mereka. Sosok yang memberi perhatian, mendampingi, dan memberikan kasih sayang dalam keseharian. Segi akademis pun ditingkatkan dengan disediakannya guru mengaji, guru les matematika, dan guru les bahasa Inggris.

Fenomena yang menarik muncul saat memasuki bulan Ramadhan. Banyak donatur tak tetap yang menyalurkan zakatnya untuk panti. Semakin mendekati lebaran, semakin banyak pula zakat yang terkumpul. Kontras sekali dengan bulan-bulan lainnya yang membuat pengurus panti harus bekerja lebih keras mengumpulkan dana untuk memenuhi kebutuhan tambahan anak-anak, seperti kebutuhan pakaian, memperbaiki ranjang yang rusak, atau memenuhi dana darurat saat ada anak yang sakit dan memerlukan perawatan di rumah sakit.

Bulan Ramadhan bagaikan ‘masa panen’ bagi panti, kebutuhan anak-anak yatim banyak terpenuhi, bahkan hingga berlebih. Pengurus panti pun harus pandai-pandai mengelola agar dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan saat menghadapi ‘masa kemarau’, saat sepi donatur, apalagi ‘kemarau panjang’.

Fenomena itu kembali mengetuk ingatan saya karena sebentar lagi tiba hari raya qurban atau hari raya Idul Adha. Kesempatan bagi anak-anak panti menikmati asupan gizi yang jarang didapat. Tapi tak terbayang pusingnya kalau fenomena zakat di saat Idul Fitri terulang lagi. Kalau terlalu banyak daging yang didapatkan anak-anak panti pada hari itu tak dapat disimpan untuk hari esok karena daging akan segera rusak bila disimpan terlalu lama, pasti repot mengelolanya.

Ternyata Yatim Mandiri sudah menemukan solusi untuk hal ini. Dibuat program Super Gizi Qurban, yang mengelola hasil qurban sehingga bisa dinikmati dalam waktu lama. Caranya daging qurban diolah dalam bentuk sosis. Hasilnya bisa tahan sampai dua tahun walau tanpa pengawet. Selain bisa dinikmati lebih lama, dengan cara ini daging qurban bisa disalurkan ke daerah-daerah yang lebih memerlukan tanpa takut rusak karena jarak yang jauh.

Keren banget deh lembaga kaya Yatim Mandiri ini. Selain membantu anak-anak yang diasuh, juga ngasih jalan keluar untuk donatur yang ingin zakat tapi gak tau harus disalurkan ke mana. Menggunakan layanan lembaga ini donatur bisa lebih tenang karena terjamin bantuannya sampai pada pihak yang berhak.

Lebih keren lagi, ternyata selain nyediain kebutuhan sandang, pangan, papan, Yatim Mandiri juga care banget buat nyiapin anak-anak ini menghadapi masa depan nanti. Jadi anak yatim yang hidup mandiri. Disediakan macam-macam pelatihan untuk memperkaya keahlian mereka di macam-macam bidang. Mulai dari pembangunan mental sampai pelatihan ngeblog juga... kereeeennn, kan...
Perta kali tau nama ‘Yatim Mandiri’ aja udah bisa langsung kerasa apa visi misinya, setelah lebih kenal program-programnya saya jadi makin kagum aja sama lembaga ini. Mentalnya pingin jadi orang bermanfaat tapi masih kurang ngerasa lapang ya gini nih, jadi numpang keren dulu ke Yatim Mandiri, heuheu. Minimal bantu sebar informasi dulu ya, moga bermanfaat. Info tentang program Super Qurban dan Yatim Mandiri gampang banget di dapat, digoogling pasti muncul, di medsos pun gampang ditemuin. Facebook: Yatim Mandiri, twitter: @yatimmandiri.


Semoga bermanfaat. 

Bebaskan Diri dari Iklan Internet (yang) Mengganggu

Huff... rasanya agak berat sekaligus lega harus menuliskan topik ini. Pasalnya, pada dasarnya saya mengerti tentang kebutuhan usaha setiap orang untuk memperkenalkan produk dan atau jasanya pada masyarakat luas. Sayangnya kebutuhan ini terkadang dilakukan dengan berlebihan. Contoh kecilnya, sudah beberapa lama saya bersabar dengan banyaknya iklan yang menutupi hampir setiap halaman yang saya buka di browser kesayangan, Chrome.

Iklan memenuhi sisi kiri, dan bawah halaman.
Setiap kali berselancar membuka berbagai halaman di internet, browser saya dipenuhi iklan. Sisi kiri dan bawah halaman penuh dengan pop-up iklan. Awalnya saya bersabar dengan mengklik tombol 'X' (close) di setiap jendela pop-up, tapi begitu membuka halaman lain muncul lagi beberapa iklan yang sama. Capek harus berkali-kali menutup jendela iklan, akhirnya saya biarkan saja. Ternyata keputusan saya keliru, iklan-iklan itu muncul di hampir setiap halaman. Dan lagi, sering kali saya mengklik sebuah tautan di halaman, yang muncul malah halaman iklan...ternyata persoalan ini semakin mengesalkan. Saatnya untuk bertindak.

Saya mulai mencari cara menghilangkan iklan ini. Ternyata googling membuahkan hasil. Banyak orang mengalami masalah yang sama telah berbagi solusi menurut pengalaman mereka. Saya menemukan solusi pada blog ini. Cara menghilangkan iklan di browser Chrome ternyata adalah dengan menginstal AdBlock. Software ini dapat memfilter atau mem-block iklan yang muncul di setiap halaman.

Jumlah iklan yang diblock berdasarkan keterangan AdBlock
Caranya dengan masuk ke menu 'Setelan' pada Chrome, lalu pilih menu 'Ekstensi', dan klik 'dapatkan ekstensi lainnya'. Pada jendela yang muncul, ketik saja 'adblock' di kolom pencarian. Akan muncul beberapa pilihan, saya memilih AdBlock, AdBlock plus, dan AdBlock untuk Youtube. Kalau diperlukan ada juga ekstensi untuk memblok iklan di facebook dan website lainnya. Caranya dengan mengklik '+Gratis' di masing-masing pilihan ekstensi yang akan dipasang.

Hasilnya, iklan-iklan langsung hilang dari halaman browser. Perincian dari AdBlock menunjukkan jumlah iklan yang 'diatasi' dari sebuah halaman dan total iklan yang sudah berhasil diblok secara keseluruhan. Jumlahnya dalam satu halaman bisa lima sampai tujuh iklan. Dan sejak pemasangan hingga lima menit kemudian (sekitar lima kali loading) sudah terjaring 95 iklan! Terlalu banyak untuk dibiarkan.

Merasa sangat tertolong dengan AdBlock, saya pun memberi rating 4 pada revieunya. Pasalnya terkadang masih ada satu - dua iklan yang lolos, dan saat dicoba menggunakan fasilitas 'Blok sebuah iklan pada halaman ini', malah seluruh isi halaman hilang. Beruntung bisa diatasi dengan fasilitas 'Bekukan AdBlock'. Meskipun begitu, tetap saja secara keseluruhan fasilitas AdBlock dari google sangat membantu. Sekarang saya bebas dari 'iklan tanpa permisi' di browser saya.

Perkedel Kentang tanpa Telur

Perkedel tanpa telur matang (kiri) dan yang belum dilapisi larutan tepung kanji (kanan)
Sejak si kecil Naja usia satu tahun, makannya sudah bisa mengikuti makanan orang dewasa. Masaknya jadi lebih mudah karena nggak perlu nyiapin dua menu lagi. Tapi tantangan lain mulai datang. Semua masakan harus disesuaikan dengan kondisinya yang alergi telur, ayam, dan ikan laut. Jadi bingung sendiri mau masak apa selain tempe, tahu, daging merah, dan ikan tawar. Sudah lama nggak masak perkedel dan bakwan jagung juga karena harus ada telur untuk perekatnya.

Tapi ternyata, mudik lebaran membawa berkah. Jadi dapat pencerahan dari budhe di Malang yang jago masak, tentang tips memasak perkedel kentang tanpa menggunakan telur. Ternyata mudah sekali... tinggal ganti telur dengan larutan tepung kanji. Jadi, kentang yang sudah dibumbui dibaluri dengan larutan tepung kanji. Komposisinya saya pakai kira-kira saja, sekitar 1 sdm tepung kanji dengan 3 sdm air.

Awalnya pertama kali nyoba perkedelnya masih sering hancur. Lalu belajar dari tips membuat kue yang adonannya lunak, sebelum digoreng adonan perkedel kentang yang sudah dibentuk disimpan dulu di dalam kulkas. Sekitar 1 - 2 jam sudah cukup. Baru kemudian perkedel kentang siap dibaluri dengan larutan tepung kanji dan digoreng.

Tips larutan tepung kanji dan kulkas ini bisa bikin perkedel kentang jadi renyah di luar dan tetep utuh waktu digoreng. Berguna banget buat alternatif lauk untuk yang alergi telur. Resep lengkapnya nggak perlu diposting ya.. banyak banget variasi bumbunya, sesuai selera saja.

Mengenang SE J230i, Jodoh yang Singkat

Hape, mungkin sekarang bagai kebutuhan primer untuk kita. Benda kecil ini sungguh luar biasa hebatnya karena bisa mempersingkat jarak. Kalau kata orang sekarang sih, "mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat". Bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di seluruh belahan dunia, tapi bisa bikin asyik sendiri sampe orang-orang di sekitar dicuekin, hehe. Mungkin berlaku juga buat saya, mulai dari pertama punya hape. Kalau ingat tentang hape pertama yang saya punyai, rasanya jadi pingin mewek sendiri...hiks.

Sejak kecil, ibu selalu mengajarkan hal yang baik untuk anak-ananya, salah satunya tentang kesadaran menabung dan manajemen keinginan. Setiap kali anak-anaknya ingin punya barang tertentu, ibu gak serta-merta membelikan, tapi mengajarkan untuk menabung untuk membeli barang tersebut. Barang-barang yang diinginkan ditulis dalam daftar keinginan, lalu diurutkan berdasarkan prioritas yang kami tentukan. Kalau mendesak tapi belum punya tabungan, terjadilah aturan 'kredit', jadi ibu membelikan dulu untuk kami, tapi nanti jatah bulanan kami dipotong untuk ganti harga barang tersebut.

Hape pertama keluarga, gambar dari
http://ixbtlabs.com/articles/digestmobile0109/
Termasuk waktu saya ingin punya hape sendiri. Ceritanya, telepon yang pertama kali keluarga kami miliki adalah Siemens, dibeli ketika saya masih SD, sekitar tahun 2000-an. Keluarga kami tidak memiliki telepon rumah karena rumah masih berstatus kontrak. Jadi, untuk menjaga komunikasi dengan keluarga, ibu memilih untuk beli hape. Siemens M35 dipilh dengan pertimbangan harganya yang paling murah dari pada yang lain, hehe.

Alhamdulillah beberapa tahun kemudian kami sudah gak kontrak rumah lagi, lalu pasang telepon rumah. Sementara itu, waktunya kakak saya masuk kuliah. Ia diterima di PTN di Bandung, sementara rumah kami di Malang. Jarak yang sangat jauh kalau diingat belum pernah ada diantara keluarga kami yang tinggal berpisah dari orang tua. Jadilah hape Siemens itu dibawa kakak ke Bandung. (Sampai sekarang hape ini masih disimpan lho sama kakak saya, walau sudah 'wafat').

Sementara itu, saya yang masih kelas 2 SMA pingin banget punya hape juga. Tapi untuk kepentingan yang sifatnya hiburan seperti itu, ibu akan memberikan tanggung jawab berusaha memilikinya pada saya sendiri, maksudnya pakai uang sendiri. Karena tabungan belum cukup, saya minta pakai sistem kredit deh ke ibu.

Gambar dari
http://www.reviewhandphone.com/sony-ericsson/sony-ericsson-j230/
Kalau tidak salah saya jadi beli hape waktu sudah masuk kelas 3 SMA. Ibu antar saya beli ke salah satu kenalannya. Kami sama-sama gak punya pengetahuan tentang memilih hape waktu itu. Gak tau fasilitas apa yang harusnya ada di hape yang akan kami pilih. Gak kenal istilah-istilah yang ada di spesifikasi hape. Tapi kami disodori tabloid yang isinya berbagai pilihan hape dengan spesifikasi dan harganya. Akhirnya saya pilih Sony Ericsson J230i, karena dari penampilannya lebih bagus dari yang lain (dengan rentang harga sama), bentuknya kecil, layar berwarna, dan bisa dipakai internetan (waktu itu masih pakai WAP). Waktu itu harga hape ini kalau gak salah sekitar 600ribu. Hampir senilai dengan uang saku selama setahun. Tapi gak mungkin kalau saya cicil dengan seluruh uang saku, jadi uang saku dipotong sebagian saja selama beberapa bulan.

Setelah punya hape ini, saya senang sekali. Puas sekali dengan hape ini. Dari pada hape lain yang pernah saya lihat, layarnya termasuk besar dan warnanya jernih, gak kelihatan kotak-kotak seperti hape sekelasnya pada waktu itu, keypadnya nyaman untuk dipake ketik-ketik sampai jari keriting, dan suaranya jernih.

Saya bukan tipikal yang bisa ngobrol dengan teman-teman atau orang lain tanpa adanya kesamaan minat, bisa dibilang saya kurang bisa beramah-tamah atau gak gaul. Jadi begitu punya hape saya asyik sendiri dengan pacar saya ini. Apalagi bisa pakai internet, dan kebetulan diajak teman untuk masuk ke forum, situs WAP dari Inggris. Situs itu punya fasilitas chatting dan forum internasional, tapi juga ada 'kelas' regional, jadi saya yang gak jago bahasa inggris masih bisa ikut ngobrol dengan teman-teman Indonesia di forum itu. Bahkan suatu ketika saya sampai terpesona dengan tulisan dan gagasan seseorang di forum itu, orang yang sekarang jadi suami saya . Tuh kan, betapa berjasanya J230 ini buat saya...

Hingga akhirnya saya lulus SMA dan diterima di salah satu PTN di Yogyakarta. Kebetulan sehari sebelum waktu saya berangkat ke Yogya, ada saudara yang menikah. Jadi berdua dengan ibu, kami menghadiri pernikahan itu ke Blitar, naik kereta api. Selama dalam perjalanan saya merasa perlu berhati-hati sekali dan menyimpan hape saya dengan baik. Saya masukkan hape kesayangan saya ini ke tas yang berisi kado untuk mempelai. Suaranya pun sudah saya set silent agar kalau berbunyi tidak terdengar penumpang lain. Sampai saatnya turun dari kereta, ketika masih berdesak-desakan antri di depan pintu keluar, bergetar lah si hape, otomatis layarnya yang jernih itu menyala dan cahayanya menembus tas. Perasaan saya langsung gak enak. Saya dekap tas itu rapat-rapat.

Sampai akhirnya berhasil keluar dari kereta, kami cepat-cepat keluar dari stasiun dan masuk ke angkutan umum untuk melanjutkan perjalanan. Begitu duduk di dalam angkutan, langsung saya periksa tas berisi kado dan hape saya itu. Lubang. Ya, lubang! Tas itu rusak, dilubangi dengan sengaja. Dan di dalamnya? Tidak ada hape. Tidak ada! Raib! Nyatalah kekhawatiran saya di waktu yang singkat saat keluar dari kereta itu. Dalam waktu yang singkat, hape itu telah berpindah tanpa ijin, entah ke tangan siapa. Hape pertama saya, yang begitu berjasa, yang saya beli dengan mengurangi jatah uang saku, dan bahkan cicilannya pun belum lunas, hiks. Saya langsung lemas, dan serasa patah hati. Tapi saya berusaha tetap bersikap cool, gengsi dong sedih di acara mantenan... Untungnya (selalu ada untung di balik musibah bagi orang Jawa), ibu berbaik hati, saya gak perlu melanjutkan membayar cicilan.

Akhirnya, karena keesokan harinya saya sudah harus berangkat ke Yogya dan tinggal seorang diri di sana, jadilah bapak memberikan hape. Hape produk Cina yang sudah bisa layar sentuh dan ada TVnya. Jadi saya tetap bisa komunikasi dan ada hiburan hape dan TV sekaligus selama dikosan. Tapi tetap saja, gak semantab hape yang dibeli dan dipilih sendiri. Hiks... masih terasa sayang kalau ingat SE J230-ku. Mungkin karena itu pula, sampai saat-saat selanjutnya ketika ada kesempatan membeli dan memilih hape sendiri, saya selalu memilih produk dari brand yang sama. Masih sayang, sih...

Itu lah kisah perjodohan saya dengan SE J230i, jodoh yang singkat dan sangat berkesan...

Kenangan ini ditulis dalam rangka mengikuti acara Giveaway bertema "Cerita Hape Pertama" di:







Romantika di Masjid Tertua Kota Budaya

Kencan pertama, bagi setiap pasangan pasti menjadi peristiwa penting yang amat berkesan. Apalagi kalau kencan itu berlanjut ke pelaminan, betapa indahnya... Setelah sekian waktu berlalu, membuka foto-foto lama, kenangan itu kembali terbayang. Tempat yang kami kunjungi pada kencan pertama dulu, Masjid Agung Kota Gede, Yogyakarta.

Peta lokasi Masjid Kota Gede dari http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-map/
Menikmati perjalanan mulai dari Terminal Giwangan ke arah utara lalu ke timur. Perjalanan sangat menarik karena di wilayah itu ada sentra kerajinan perak, banyak pengrajin dan toko perak di kanan-kiri jalan, dari yang kecil hingga yang besar. Semakin mendekati lokasi tujuan, suasana tradisional dan historikal semakin terasa. Ada pasar tradisional yang sangat ramai, yang paling tampak di sepanjang jalan adalah berbagai makanan tradisional yang dijajakan.

Di salah satu pojok tikungan di dekat pasar itu kami jumpai tugu yang tidak terlalu terlihat menonjol, hanya karena bentuknya yang tidak wajar ada di pinggir jalan sajalah kami tertarik untuk melihatnya, di salah satu sisinya ada jam kuno, dan keterangan bertuliskan huruf jawa di bagian bawahnya. Di dekat situ pula dapat kita jumpai plang jalan bertuliskan “Alas Mentaok”, nama hutan yang kemudian dibangun Panembahan Senapati menjadi Kerajaan Mataram yang besar. Masyarakat sekitar meyakini bahwa daerah itulah dulu yang dinamakan Alas Mentaok.

Melanjutkan perjalanan, kami menjumpai daerah  yang rindang, penuh dengan pepohonan besar, di wilayah itulah Masjid Agung Kota Gede berada. Ada plang kecil di pinggir jalan bertulikan “Makam Raja-Raja Mataram”. Makam itu memang terletak satu wilayah dengan masjid, pintu masuknya pun melalui pintu gerbang masjid pula.

Suasana di depan gerbang pintu masjid itu  benar-benar terasa sejuk karena adanya pohon beringin yang sangat besar. Konon menurut warga usia pohon itu sudah ratusan tahun, sehingga disebut “wringin sepuh” atau ‘beringin tua’. 
Masjid tampak dari depan, sebagian dinding
yang berbentuk L menghalagi pandangan ke arah masjid
Memasuki wilayah masjid, kami melihat gerbang yang bentuknya tidak biasa. Tembok gerbang tidak hanya berada di kedua sisi pintu masuk, tapi juga menjorok ke dalam hingga membentuk huruf L dan menghalangi pandangan ke arah bangunan masjid. Pemandangan ini memang tampak aneh, tapi setelah ditelusuri, ternyata ada makna yang sangat penting dari bentuk gerbang itu. Ternyata bentuk itu adalah perwujudan sikap toleransi Sultan Agung pada sebagian warga yang ikut membangun masjid yang masih memeluk agama Hindu dan Budha.

Di dalam halaman masjid, terlihat sebuah tugu yang cukup mencolok karena tampak berbeda dari lingkungan sekitarnya. Tugu ini berwarna hijau, setinggi tiga meter, dan di salah satu sisinya terdapat sebuah jam, sepertinya dimaksudkan sebagai petunjuk waktu shalat. Ternyata itu adalah sebuah prasasti sebagai tanda pembangunan masjid tahap kedua oleh Susuhunan Paku Buwana. Masjid pertama kali dibangun oleh Sultan Agung, hanya berbentuk bangunan kecil hingga disebut 'Langgar', belum berbentuk bangunan besar seperti yang saat ini, hasil pembangunan pada masa pemerintahan Susuhuhan Paku Buwana.
 
Tugu prasasti penanda pembangunan oleh Susuhunan Paku Buwana
Mulai memperhatikan bangunan utama masjid, yang pertama tampak mencolok adalah hiasan ukiran di atas pintu masuk, dengan tulisan angka tahun '1856' dan '1926', penanda waktu-waktu renovasi masjid. Mengingat usianya yang sudah ratusan tahun, pasti lah kalau masjid ini sudah mengalami berberapa kali renovasi agar tetap kokoh dan dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Meskipun begitu, suasana masjid tetap kental dengan suasana tradisional, bentuk bangunan limasan, tiang-tiang kayu, dan lampu antik yang tergantung di atap. 
 
Masjid tampak secara keseluruhan
Mengelilingi bangunan masjid, terdapat parit yang fungsinya sebagai drainase air yang telah digunakan untuk berwudhu. Di atas parit ini dibuat jembatan dari kayu yang menghubungkan ke pintu-pintu masjid. Suasana jadi tampak semakin indah.

Di teras masjid ada sebuah bedug yang sama tuanya dengan usia masjid. Bedug ini hadiah pemberian dari Nyai Pringgit, seorang wanita asal Kulon Progo yang menurut cerita menggendong bedug dari daerah asalnya hingga masjid dengan berjalan kaki. Hal yang tidak terbayang dan mustahil kalau kita lakukan kini, karena pasti jarak yang ditempuh terasa sangat jauh, bahkan dengan kendaraan bermotor pun memerlukan waktu sekitar satu jam untuk menempuh perjalanan Kulon Progo - Yogya.

Suasana tradisional yang lekat pada masjid ini terasa sangat berkesan karena jarang ditemukan. Saat ini kebanyakan masjid yang ditemui meniru gaya bangunan Timur Tengah dengan hiasan kubah. Namun berbeda dengan masjid tertua di Yogyakarta ini. Bangunan berbentuk limasan, tiang-tiang terbuat dari kayu, dan langit-langitnya dihiasi lampu kuno. Atapnya berbentuk limas, puncaknya tidak dihiasi kubah, melainkan sebuah mahkota yang menyerupai lambang kerajaan, disebut pataka.

Di sebelah kiri masjid, ada sebuah gapura, di tengah gerbang itu tampak dinding berhiaskan marmer yang bertuliskan waktu wafatnya Panembahan Senapati, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Mataram Islam. Gerbang ini adalah pintu masuk menuju tempat makam Raja-raja Mataram Islam. Mulai dari pendirinya, Panembahan Senapati, orang tuanya, hingga keluarga kerajaan dan beberapa keturunannya. Bahkan makam nenek-kakek Panembahan Senapati pun juga dipindah ke tempat itu. Dari pemakaman ini kita dapat memeperoleh kisah-kisah yang menarik. Tentang salah satu putra Panembahan Senapati yang terkenal sakti namun meninggal di usia muda dengan cara yang misterius yakni Pangeran Rangga, hingga sebuah makam yang dibatasi dinding sehingga separuh berada di dalam bangunan pemakaman, dan separuh berada di halaman, yakni makam menantu sekaligus musuh Panembahan Senapati, Ki Ageng Mangir. Sedangkan di luar bangunan utama, masih ada beberapa makam dari tokoh-tokoh yang berjasa besar pada Kerajaan Mataram.
Gapura menuju makam Raja-raja Mataram, serta
marmer bertuliskan waktu wafatnya Panembahan Senapati.

Tempat itulah yang menyimpan kenangan bagi kami. Menikmati perjalanan sambil berbagi kesan tentang tempat yang menarik. Berbagi kesenangan mengunjungi tempat dengan kisah sejarah yang membuat kami tertarik. Bersama-sama terkesan dengan suasana toleransi di tempat ibadah umat Islam, dengan dukungan umat beragama lain, dan dalam suasana budaya lokal. Juga mengunjungi dan berdoa untuk Raja-raja Mataram, yang atas jasa mereka pula lah, agama Islam dapat sampai pada masyarakat Jawa.

Tempat itu juga yang kami ingin untuk mengajak anak-anak kami berkunjung kelak. Agar mereka dapat menikmati suasana dan meneguk banyak ilmu serta kebijaksanaan di dalamnya.


Tulisan ini dipersembahkan dalam rangka mengikuti program "A Place to Remember Giveaway" dari blog nurulnoe.com
Banner GA