Belajar Merajut: Berkreasi Sambil Bergaya Trendi
Merajut, secara
umum kegiatan ini menimbulkan dua kesan yang berbeda. Kegiatan membosankan
yang kebanyakan dilakukan nenek-nenek untuk mengisi waktu luang, atau justru
kegiatan kreatif yang menghasilkan karya bernilai tinggi.
Buku Rajutan untuk Pemula, Tampil Trendi dan Menawan
dengan Kreasi Buatan Sendiri karya Tatha Phang ini menonjolkan
sisi yang kedua. Rajutan ditampilkan sebagai karya yang trendi dan fashionable, sehingga menimbulkan kebanggaan
dalam menggunakan hasil karya rajutan, apalagi bila benda-benda tersebut
adalah hasil karya sendiri.
Bagian
pertama yang dibahas adalah pengertian merajut. Ada dua persepsi yang
berkembang pada masyarakat Indonesia tentang merajut, pertama adalah knitting, yakni merajut dengan dua jarum, dan
crochet, merajut dengan satu jarum.
Buku ini membahas cara merajut yang kedua, yakni crochet
atau yang dikenal dengan istilah 'merenda'.
Setelah
jelas tentang kegiatan yang dilakukan, penjelasan selanjutnya adalah tentang
keperluan merajut, yakni bahan dan alat. Kemudian dijelaskan langkah-langkah
dasar merajut. Materinya dilengkapi dengan gambar yang jelas dan dijabarkan
dengan baik sehingga mudah dimengerti.
Setelah
menjelaskan langkah dasar membuat rajutan, buku ini menerangkan tentang cara
penulisan pola rajutan yang biasa digunakan secara umum, yakni dengan narasi
atau diagram dengan simbol-simbol sesuai standar. Dengan demikian, setelah
selesai mempelajari cara merajut dari buku ini, pembaca dapat belajar membuat
berbagai karya dengan mempelajari pola dari berbagai sumber. Walaupun begitu,
buku ini juga memberikan contoh pola yang dapat dicoba oleh pemula untuk
membuat bermacam jenis karya dengan pola berbentuk diaram, narasi, dan
dilengkapi dengan foto hasil jadi. Pola-pola tersebut adalah karya asli
penulis.
Terakhir,
sebagai gambaran setelah bisa merajut, disertakan pula cara mengukur harga
karya rajutan. Dengan demikian setelah bisa merajut, pembaca mendapatkan
ukuran yang jelas untuk menghargai karya rajutnya bila akan digunakan dalam
bidang materi.
Secara
fisik, kualitas buku ini tergolong baik. Cetakan, jenis kertas, maupun teknik
layout dan fotografinya jelas dan menarik. Sehingga secara isi maupun fisik buku ini dapat dikatakan memuaskan.
Data buku:
Judul
|
: Rajutan untuk
Pemula
|
Penulis
|
: Tatha Pang
|
Penerbit
|
: Puspa Swara
|
Tahun terbil
|
: 2007
|
Jumlah halaman
|
: vi + 86 hlm
|
ISBN
|
: 9789791481472
|
Harga
|
: Rp 37.000,-
|
Baju Hapimiru
Tas mungil ini diberi judul 'Tas Mungil Ceria' oleh desainernya, Thatha Pang, yang menyertakan pola ini dalam bukunya, Rajutan untuk Pemula. Sekalian belajar sebagai karya kedua, masih banyak kekurangan seperti bentuk yang kurang sempurna, saat itu karena belajar crochet hanya dari buku, tidak ada pembimbing langsung, jadi masih banyak membuat kesalahan, belum begitu paham cara menghitung tusukan. Tapi hasilnya lumayan juga. Kalau tidak salah, karena ingin belajarnya sekalian beberapa metode, maka ditengah-tengah pola tas kubuat dengan mencoba motif bambu. Warnanyapun ku modifikasi dengan dua warna. Sebenarnya bukan hanya modifikasi warna, tapi memanfaatkan benang yang ada, yakni benang wool. Mengerjakannya menggunakan jarum ukuran 3.
Karena ukurannya pas, akhirnya tas ini jadi 'baju' Hapimiru, Windows Mobile Motorolaku. Lumayan, sambil belajar, hasilnya berguna juga.
Crochet Rose, Karya Rajut Pertamaku
Bunga ini adalah hasil crochet pertamaku.
Pola dari Tatha Pang melalui bukunya Rajutan Pertama untuk Pemula. Bahannya benang wool lokal menggunakan jarum crochet no 3.
Sampai sekarang bunga ini masih sering ku gunakan untuk bros.
Crochet Blue Butterfly
Kupu-kupu ini termasuk karya favorit, karena sebagai perajut yang baru belajar, polanya cukup rumit, dapat digunakan sebagai pengalaman baru dalam menerapkan pola, plus hasilnya cantik. Polanya di dapat dari website ini . Karena ingin terlihat lebih manis, kupu-kupu ini kubuat dengan modifikasi menggunakan dua warna.
Hasil karya ini berbentuk 3-D. Bisa diletakkan berdiri untuk hiasan, bisa digunakan untuk gantungan kunci, bisa juga untuk bros. Sebenarnya sejak mencoba pola ini pertama kali, sudah ada banyak kupu-kupu yang ku buat dengan berbagai warna. Tapi karena memang kupu-kupu ini jadi favorit, hasilnya hinggap di tangan beberapa orang.
Published with Blogger-droid v2.0.9
Satra.org
Perhatian mengenai kebudayaan bukan hanya sebuah keharusan, namun sebenarnyalah merupakan sebuah kebutuhan. Jejak-jejak peninggalan budaya bangsa tetap harus dijaga ketersediaannya untuk dimanfaatkan di masa kini. Perkembangan ilmu pengetahuan dan akses dalam bidang tersebut juga perlu disediakan.Rasa terima kasih yang tulus tersampaikan untuk Yayasan Sastra Lestari yang menyediakan keperluan itu untuk dapat diakses masyarakat luas melalui www.sastra.org. Ilmu pengetahuan yang dihidangkan dan layanan berupa digitalisasi naskah, Babad, Suluk, Wulang, Serat, serta artikel-artikel dari masa lalu yang sangat berharga. Tidak ketinggalan pula laman leksikon yang berfungsi sebagai kamus. Layanan kamus online ini memiliki kelebihan dari kamus online lain, yakni disertakannya sumber kamus yang dikutip. Satu entri kata memuat arti dari beberapa kamus yang terpercaya untuk dijadikan rujukan ilmiah. Selain itu, ada pula layanan aksara Jawa.
Seluruh layanan dari sastra.org sangat berjasa dalam proses mempelajari budaya sendiri. Keduanya adalah pintu gerbang pengetahuan yang dihasilkan dan disimpan dari bumi Jawa.
Salam budaya,
Semangat menjelajah.
Posted under:
budaya,
Digitalisasi Naskah,
jawa,
Kamus Bahasa Jawa,
naskah,
Referensi Sastra Jawa,
Sekolah
Dated:
11/09/2012 05:42:00 PM
Batik Motif Ulat Bulu: Motif Batik sebagai Media Penyimpanan Pesan
Motif batik ditinjau dari segi historis-arkeologis sudah ada sejak
jaman kerajaan Hindu-Budha di Jawa. Terbukti dengan adanya ragam hias batik
yang tergambar pada relief beberapa candi. Diataranya Candi Sewu di Prambanan,
dan pada Candi Ngrimbi di Jawa Timur, dan di beberapa tempat lainnya (Yusuf, 1991, hal. 3) .
Pada masa lampau masyarakat Jawa menggunakan kain batik sebagai
busana tradisional. Penggunaannya dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara
lain:
- Ceremonial: pada upacara-upacara adat baik di lingkungan keraton maupun di kalangan masyarakat umum, batik digunakan sebagai pelengkap. Pada lingkungan keraton, penggunaan batik dalam upacara adat berorientasi pada penghormatan yang penuh dedikasi terhadap raja sebagai penguasa tertinggi.
- Ritual: pada upacara ritual, batik berperan sebagai bagian sesaji yang ditujukan atau dipersembahkan kepada penguasa atau penghuni lingkungan yang diberi sesembahan. Maksudnya agar masyarakat selalu mendapat keselamatan dan bebas dari malapetaka.
- Historis Kultural: pada masa lampau masyarakat menggunakan kain batik juga mempertimbangkan tentang latar belakang sejarah terjadinya ragam hias serta nilai filosofisnya. Dengan mengetahui latar belakang sejarah dan nilai filosofisnya, maka masyarakat akan dengan lebih mantap memilih menggunakan motif tertentu. Beragam motif batik bagi masyarakat memiliki makna filosofis tertentu. Penggunaan batik dengan motif tertentu dipilih dengan mempertimbangkan nilai filosofisnya. Contohnya motif Parang Rusak dilarang digunakan dalam upacara pengantin, karena melambangkan kerusakan dan kesengsaraan[1].
Penggunaan dan filosofi motif batik menggambarkan peranan batik
bagi masyarakat penggunanya. Peranan batik dalam kehidupan keseharian
masyarakat sangat penting. Mulai dari penggunaan keseharian hingga pada upacara
penting dan acara religius. Pemilihan motifnya pun tidak sembarangan.
Penggunaan batik dipilih dengan menyesuaikan segi historis dan filosofis
motifnya.
Motif batik terdiri atas ornamen-ornamen yang merupakan perlambang
dari alam sekitar. Motif tersebut disusun dengan menyimpan nilai filosofis
tertentu. Sebagai contohnya, motif kain batik “Semen Rama” memiliki beberapa ornamen
pokok.
- Ornamen yang berhubungan dengan daratan, ornamen “meru” melambangkan gunung, bumi, atau tanah.
- Ornamen yang berhubungan dengan udara, ornamen burung sebagai lambang dunia atas atau udara (kadang-kadang digambarkan dengan binatang terbang: kupu-kupu), ornamen garuda atau rajawali adalah lambang matahari atau tata surya.
- Ornamen yang berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak, atau baita (kapal laut). Jenis ornamen tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana. Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia; dunia tengah tempat manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka.
- Ornamen lidah api melambangkan api, agni, geni, atau dewa api, Batara Brama, lambang yang sakti, lidah api digambarkan berbentuk cemukiran.
- Ornamen Pusaka (pusaka keraton) digambarkan dengan tombak. Maknanya adalah daru atau wahyu, lambang kegembiraan dan ketenangan.
- Ornamen dampar atau tahta, atau singgasana sebagai lambang kekuasaan. Kekuasaan yang adil sebagai pelindung rakyat. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa yang memiliki kesaktian.
- Selain makna tersebut motif Semen Rama seringkali dihubungkan dengan cerita Ramayana yang sarat dengan ajaran Hastha Brata atau ajaran keutamaan melalui delapan jalan. Ajaran ini adalah wejangan keutamaan dari Ramawijaya kepada Wibisana ketika dinobatkan menjadi raja Alengka. Jadi Semen Rama mengandung ajaran sifat-sifat utama yang seharusnya dimiliki oleh seorang raja atau pemimpin rakyat[2] .
Adanya sisi filosofis yang tersimpan dalam motif batik menunjukkan
bahwa selain fungsi praktis sebagai pakaian maupun pelengkap upacara, batik
sebagai karya seni juga berperan sebagai media penyimpan nilai-nilai kultural
yang digambarkan dengan perlambang dengan simbol dari alam sekitarnya.
Penyampaian pemikiran atau pesan melalui karya seni ini lah yang
disampaikan Jackson Barry, yakni bahwa hasil-hasil budaya diadakan untuk
menyimpan sejarahnya dan menyelenggarakan kepentingan komersial kesehariannya, yang
biasanya memproduksi sekumpulan tanda yang dianggap sebagai karya seni.” (Barry,
1999, hal. 133)
Pernyataan Jackson Barry tersebut berarti bahwa setiap karya seni memiliki
dua nilai, yakni nilai komersil, dan sebagai media penyimpanan latar belakang
pembuatannya. Begitu pula dengan batik yang juga merupakan sebuah karya seni.
Motif batik memiliki latar belakang pembuatannya sendiri dengan pesan yang
terkandung dalam karya seni tersebut.
Dengan melihat gambar perlambang yang dipergunakan dalam motif
batik, dapat diketahui latar belakang
pembuatan dan nilai filosofi motif tersebut. Motif Parang Rusak
contohnya, dikatakan muncul karena ketika Sultan Agung Mataram berdiri di
pantai selatan Yogyakarta dan melihat batu karang diterpa ombak sehingga banyak
yang rusak, sehingga dibuatlah motif parang rusak. Motif Parang Huk
timbul di jaman pemerintahan Sultan Agung. Yakni ketika Sultan Agung pergi ke
Mekkah pernah melemparkan batu-batu kecil ke tanah, dan tanah tersebut lalu
menjadi “oase” kemuadin muncul siput, sehingga lahir lah motif batik beragam
hias kelompok parang diselubungi hiasan motif siput (Yusuf, 1991, hal. 5-6) .
Seiring perubahan waktu, terjadi peristiwa-peristiwa yang
mempengaruhi budaya Jawa. Pengaruh tersebut juga terekam dalam motif batik.
Batik dari daerah pesisir banyak memperoleh pangaruh asing. Hal ini karena
daerah tersebut menjadi daerah yang sering bersentuhan dengan pedagang asing,
dan juga pada akhirnya penjajah. Etnis Tionghoa membawa unsur warna-warna cerah
seperti merah, dan mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah dari
Eropa menghasilkan corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga
tulip) dan kendaraan bawaannya (seperti kereta), juga memasukkan unsur warna
biru (Batik, 2011) .
Hingga saat ini, batik masih hidup dan berkembang dalam budaya
Jawa. Motifnya pun berkembang sesuai dengan keadaan sekitarnya. Perkembangan
tersebut melahirkan motif-motif batik yang baru.
Hanan Abdul Jalil, seorang pengusaha batik asal Malang membuat
kreasi baru dalam motif batik. Motif baru tersebut merupakan hasil kreativitas
yang muncul karena adanya keadaan yang cukup mencolok pada lingkungan
sekitarnya.
Pada kisaran bulan Maret – April 2011, muncul adanya wabah ulat
bulu di Indonesia. Berawal dari Probolinggo, Jawa Timur, hingga menyebar ke
daerah-daerah di sebelah barat dan timurnya. Wabah ini dikatakan sebagai wabah
ulat bulu terbesar dalam sejarah ("Ini Wabah Ulat Bulu
Terparah dalam Sejarah", 2011) . Pada saat itu, ulat
bulu dengan jumlah besar tersebar di pohon-pohon hingga dinding-dinding rumah.
Warga hingga harus menebang pohon-pohon yang berdaun lebat untuk mengurangi
kemungkinan tempat bagi ulat bulu.
Pemandangan ulat bulu dalam jumlah besar di berbagai tempat ini
menjadi inspirasi bagai Hanan Abdul Jalil untuk membuat motif batik. Seniman
batik Malangan tersebut membuat motif batik bergambar ulat bulu. Motif yang
digambar lengkap dengan daun dan telur ulat bulu. Ada juga gambar seekor burung
atau kupu-kupu yang melambangkan hewan langit, pemangsa ulat bulu.
Motif batik ini menceritakan tentang ketidakseimbangan ekosistem
yang disebut-sebut sebagai sebab munculnya wabah ulat bulu. Sedikitnya pemangsa
ulat bulu digambarkan dengan burung atau kupu-kupu yang jumlahnya hanya sebuah.
Sedangkan ulat bulu yang ada pada daun berjumlah banyak lengkap dengan
telurnya.
http://arsipberita.com/show/ribuan-ulat-bulu-nempel-di-batik-malang-201905.html
dengan proses editing.
|
Motif batik ulat bulu hanya diproduksi dalam jumlah terbatas. Hal
ini karena maksud pembuatan batik motif ulat bulu adalah untuk menyampaikan
pesan tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Pesan ini akan
disampaikan dengan media batik kepada instansi pemerintah terkait.
Kasus wabah ulat bulu yang menjadi motif batik ini mengarahkan pada
satu kesimpulan. Batik bukan hanya memiliki fungsi sebagai bahan sandang bagi masyarakat
Jawa. Sifatnya sebagai karya seni membuatnya memiliki fungsi lain, yakni
sebagai media penyimpan pesan tertentu, selain masalah estetika. Batik masih
menjadi media terpilih dalam mengungkapkan ekspresi mengenai wabah ulat bulu,
dan peringatan akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.
Daftar Pustaka
"Ini Wabah Ulat
Bulu Terparah dalam Sejarah". (2011, Maret 30). Retrieved Juni
23, 2011, from VIva News:
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=3&ved=0CCoQFjAC&url=http%3A%2F%2Fnasional.vivanews.com%2Fnews%2Fread%2F212176--ini-wabah-ulat-bulu-terparah-dalam-sejarah-&rct=j&q=wabah%20ulat%20bulu&ei=TUwCTo_fE8rorQex38iGAw&usg=AFQjCNEo_zVKRjVXQvpGjFsv01G
Barry, J. (1999). Art, Culture, and The Semiotics of Meaning. New
York: St.Martin's Press.
Batik. (2011, Juni 21). Retrieved Juni 22, 2011, from Wikipedia: Ensiklopedia
Bebas: http://id.wikipedia.org/wiki/Batik
Batik Semen Rama. (2011, 5 22). Retrieved 6 22, 2011, from Wikipedia:
Ensiklopedia Bebas: http://id.wikipedia.org/wiki/Batik_Semen_Rama
Yusuf, A. (1991). Pameran Khusus Peranan Batik Sepanjang Masa.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Kebudayaan Direktorat Permuseuman.
[1]
Berdasarkan (Yusuf, 1991)